Peran Mikroorganisme Dalam Lingkungan Akuatik
Peran
mikroorganisme sangat penting dalam siklus kehidupan air. Kontribusi
mikroorganisme ini mampu menguraikan bahan-bahan organik dan mempercepat
kemungkinan kembalinya unsur-unsur anorganik penting ke dalam siklus zat
organik baru. Kehadiran mikroba di dalam air, mungkin akan mendatangkan
keuntungan tetapi juga mungkin mendatangkan kerugian.
1. Mikroorganisme yang menguntungkan
a. Plankton:
baik yang terdiri dari plankton-tumbuhan (fitoplankton) ataupun plankton-hewan
(zooplankton), merupakan makanan utama ikan-ikan kecil. Sehingga kehadirannya
merupakan tanda kesuburan kolam ikan misalnya, untuk perikanan. Ini misalnya
untuk jenis-jenis microalgae yaitu Chlorella,
Scenedesmus, Hydrodiction, Pinnularia, Sinedra, dan sebagainya.
b. Bakteri
atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad decomposer. Artinya jasad
tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai atau merombak senyawa yang berada
(masuk) ke dalam badan air. Sehingga kehadirannya telah dimanfaatkan di dalam rangka
pengolahan buangan di dalam air secara biologis. Contoh fungi yaitu jamur Pilobolus crystallinus,
Auricularia
auricularis sedangkan contoh bakteri
yaitu Pseudomonas.
c. Mikroalga
yang mempunyai klorofil: dapat melakukan proses fotosintesis dengan
menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis tersubut akan
menambah jumlah (kadar) oksigen di dalamnya, sehingga nilai kelarutan oksigen
(umumnya disebut DO atau dissolved oxygen) akan naik atau bertambah, contohnya:
Stephanodiscus
alpinus, Euglena viridis, Spirulina maxima.
d. Kehadiran
hasil uraian senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi, ternyata digunakan atau
dimanfaatkan oleh jasad-jasad lain, antara lain oleh microalgae, oleh bakteri
atau fungi sendiri. Sehingga dalam masalah ini jasad-jasad pengguna tersebut
dinamakan consumer atau jasad pemakai. Tanpa adanya jasad pemakai, kemungkinan
besar penimbunan (akumulasi) hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan
terhdap jasad lain, khususnya ikan.
e. Penggunaan Bakteri dalam Menguraikan Detergen. Alkil benzil sulfonat (ABS) adalah
komponen detergen, yang merupakan zat aktif yang dapat menurunkan tegangan muka
sehingga dapat digunkan sebagai pembersih. ABS mempunyai Na-sulfonat polar dan
ujung alkil non-polar. Pada proses pencucian, ujung polar ini menghadap ke
kotoran (lemak) dan ujung polarnya menghadap ke luar (ke-air). Bagian alkil
dari ABS ada yang linier dan non-linier (bercabang). Bagian yang bercabang
ABS-nya lebih kuat dan berbusa, tetapi lebih sukar terurai sehingga menyebabkan
badan air berbuih. Sulitnya peruraian ini disebabkan karena atom C tersier
memblokir beta-oksidasi pada alkil. Hal ini dapat dihindari apabila ABS
mempunyai alkil yang linier. Namun ada beberapa bakteri yang dapat menguraikan
ABS meskipun memakan waktu yang cukup lama. Bakteri pengurai deterjen antara
lain Basilus subtilus, Vibrio coma,
Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia
coli.
2.
2. Mikroorganisme yang merugikan
a.
Salmonella penyebab penyakit tifus adalah
bakteri gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora namun bersifat
patogen, baik pada manusia ataupun hewan. Dapat menyebabkan demam typhoid
(typoid fever). Sebenarnya penyakit demam typoid dapat dipindahkan dengan
perantara makanan yang terkontaminasi dan dengan kontak langsung dengan si
penderita. Namun yang paling umum sebagai fakta penyebab adalah air. Air dapat
terkontaminasi oleh bakteri ini karena kesalahan metode pemurnian air atau
kontaminasi silang (Cros contaminant) antara pipa air dengan saluran air limbah
(Tarigan, 1988).
b. Clostridium prefringens adalah bakteri gram positif
pembentuk spora yang sering ditemukan dalam usus manusia, tetapi kadang-kadang
juga ditemukan di luar usus manusia (tanah, debu, lingkungan dan sebagainya).
c. Escherichia coli adalah bakteri gram negatif
berbentuk batang yang tidak membentuk spora dan merupakan flora normal di dalam
usus. E.coli termasuk bakteri komensal yang umumnya bukan patogen penyebab
penyakit namun bilamana jummlahnya melampaui normal maka dapat pula menyebabkan
penyakit. E. coli merupakan salah satu bakteri coliform.
d. Leptospira merupakan bakteri berbentuk spiral
dan lentur yang merupakan penyebab penyakit leptosporosis. Penyakit ini
merupakan penyakit zoonosis atau penyakit hewan yang bisa berpindah ke manusia.
Pada umumnya penyebaran bakteri ini adalah pada saat banjir.
e. Shigella dysentriae adalah basil gram negatif, tidak
bergerak. Bakteri ini menyebabkan penyakit disentri (mejan). Spesies lain
seperti S. sonnei dan S. paradysentriae juga menyebabkan
penyakit disentri (Dwijoseputro, 1976).
f. Vibrio comma adalah bakteri yang berbentuk agak
melengkung, gram negatif dan monotrik. Bakteri ini menyebabkan penyakit kolera
yang endemis di indonesia dan sewaktu-waktu berjangkit serta memakan banyak
korban (Dwijoseputro, 1976).
g.
Ascaris penyebab penyakit cacing, dan
banyak contoh-contoh lainnya. Juga didalam air banyak ditemukan mikroba
penghasil toksin (racun) yang sangat berbahaya, seperti:
- Hidup
secara anaerobic contohnya Clostridium
- Hidup
secara aerobic contohnya Pseudomonas,
Salmonella, Staphylococcus, dan sebagainya.
- Toksin
juga dihasilkan oleh beberapa jenis microalgae contohnya Anabaena dan Microcystis
h. Kelompok
bakteri besi (contoh, Crenothrix dan Sphaerotilus) yang mampu
mengoksidasi senyawa besi (II) menjadi besi (III). Akibat kehadiran
mikroorganisme tersebut, air sering mengalami perubahan warna kalau disimpan
lama yaitu berwarna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan, dan lain-lain. Proses
oksidasi Crenothrix / Sphaerotilus.
i. Kelompok
bakteri belerang (contoh, Chromatium dan Thiobacillus) yang mampu
mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S. Akibatnya kalau air disimpan
lama akan tercium bau busuk. Contohnya Thiobacillus/Chromatium.
j. Kelompok
mikroalga (misalnya yang termasuk kelompok mikroalga hijaubiru, biru, dan
kersik), sehingga jika air disimpan lama di dalamnya akan nampak kelompok
mikroorganisme yang berwarna hijau, biru atau kekuningkuningan, tergantung
dominasi mikroalga yang terdapat dalam air serta lingkungan yang
mempengaruhinya. Suatu proses yang sering terjadi di danau atau kolam seluruh
permukaan airnya ditumbuhi oleh pertumbuhan massa alga yang sangat banyak (blooming).
Blooming menyebabkan perairan berwarna, ada endapan, dan bau amis, disebabkan
oleh meningkatnya pertumbuhan mikroalga (Anabaena
flos-aquae dan Microcystis aerugynosa).
Dalam keadaan blooming sering terjadi:
- Ikan mati disebabkan jenis-jenis mikroalga yang terdapat di
dalam air menghasilkan toksin yang dapat meracuni ikan.
- Korosi/pengkaratan
terhadap logam karena di dalam massa mikroalga didapatkan pula bakteri besi
atau belerang penghasil asam yang korosif.
- Kekurangan
oksigen karena mikroalga yang menutupi permukaan kolam sehingga menyebabkan
ikan mati.
Lebih jauh lagi akibat kehadiran
kelompok bakteri dan mikroalga dalam air, dapat mendatangkan kerugian. Kehadiran
kelompok bakteri dan mikroalga tersebut di dalam air, dapat menyebabkan
terjadinya penurunan turbiditas dan hambatan aliran, karena kelompok bakteri
besi dan belerang dapat membentuk serat atau lendir. Akibat lainnya adalah
terjadinya proses korosi (pengkaratan) terhadap benda-benda logam yang berada
di dalamnya, menjadi bau, berubah warna, dan sebagainya.
Peranan Mikroorganisme Dalam Siklus Unsur Di Lingkungan
Akuatik
1.
Siklus Nitrogen
Nitrogen merupakan “limiting factor“ yang harus diperhatikan
dalam suatu ekosistem perairan. Nitrogen di perairan terdapat dalam bentuk gas
N2, NO2-,
NO3-, NH3 dan NH4+ serta
sejumlah N yang berikatan dalam organik kompleks (Haryadi, 2003). Akumulasi
kandungan nitrogen dalam air dapat menjadi sumber penurunan kualitas air.
Sumber nitrogen terbesar berasal dari udara, sekitar 80% dalam bentuk nitrogen
bebas yang masuk melalui sistem fiksasi biologis dalam kondisi aerobik.
Keberadaan nitrogen di perairan
dapat berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen anorganik terdiri atas
ion nitrit (NO2-), ion nitrat (NO3-),
ammonia (NH3), ion ammonium (NH4+) dan molekul
N2 yang larut dalam air, sedangkan nitrogen organik berupa protein,
asam amino dan urea akan mengendap dalam air. Ikatan nitrogen dalam air sangat
mudah berubah bentuknya. Menurut
Effendi (2003) nitrogen organik berupa asam amino, protein, dan urea,
bentuk-bentuk tersebut mengalami transformasi sebagai bagian dari siklus
nitrogen. Senyawa nitrogen organik dapat ditransformasi menjadi nitrogen,
amonium dan dioksida menjadi nitrogen nitrat dan nitrit dalam sistem biologis. Transformasi nitrogen secara
mikrobiologi mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Asimilasi
nitrogen anorganik (nitrat dan ammonium) oleh tumbuhan dan mikroorganisme
(bakteri autorof) untuk membentuk nitrogen organik misalnya asam amino dan
protein.
b. Fiksasi
gas nitrogen menjadi ammonia dan nitrogen organik oleh mikroorganisme. Fiksasi
gas nitrogen secara langsung dapat dilakukan oleh beberapa jenis alga
Cyanophyta (alga biru) dan bakteri.
N2 + 3 H2 2NH3
(ammonia); atau NH4+ (ion ammonium).
c. Nitrifikasi
yaitu oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat dapat dilakukan oleh bakteri
aerob. Nitrifikasi berjalan secara optimum pada pH 8 dan berkurang secara nyata
pada pH < 7.
NH4+ + 3/2 O2
Nitrosomonas 2 H+ + NO2-
+ H2O
NO2- + ½ O2 Nitrobacter
NO3-
Hasil oksidasi ini sangat reaktif
dan mudah sekali larut, sehingga dapat langsung digunakan dalam proses
biologis.
d. Amonifikasi
nitrogen organik untuk menghasilkan ammonia selama proses dekomposisi bahan
organik. Proses ini banyak dilakukan oleh mikroba dan jamur yang membutuhkan
oksigen untuk mengubah senyawa organik menjadi karbondioksida. Selain itu,
autolisasi atau pecahnya sel dan ekskresi ammonia oleh zooplankton dan ikan
juga berperan sebagai pemasok ammonia.
e. Denitrifikasi
yaitu reduksi nitrat menjadi nitrit (NO2-), dinitrogen
oksida (N2O) dan molekul nitrogen (N2). Proses reduksi
nitrat berjalan optimal 28oC pada kondisi anaerob (tak ada oksigen).
Dinitrogen oksida (N2O) adalah produk utama dari denitrifikasi pada
perairan dengan kadar oksigen sangat rendah, sedangkan molekul nitrogen (N2)
adalah produk utama dari proses denitrifikasi pada kondisi anaerob. Proses
denitrifikasi akan berkurang atau lambat pada kondisi pH dan suhu rendah,
tetapi akan berjalan optimum pada suhu rata-rata danau pada umumnya. Kondisi
anaerob di sedimen membuat proses denitrifikasi lebih besar, yaitu dengan laju
rata-rata 1 mg /liter per hari. Kadar nitrogen yang tinggi dalam
perairan dapat merangsang pertumbuhan alga secara tak terkendali (blooming).
Konsentrasi nitrogen organik di perairan berkisar 0,1 sampai 5 mg/l, sedangkan
di perairan tercemar berat kadar nitrogen bisa mencapai 100 mg/l. Konsentrasi
nitrit yang tinggi dapat menyebabkan perairan menjadi tercemar Schmit (1978).
2.
Siklus Karbon
Pada ekosistem air, pertukaran CO2 dengan
atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air
membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion
bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang
memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain.
Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka
keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang
dengan jumlah CO2 di air.
Karbon adalah bahan penyusun dasar semua senyawa organik.
Dalam siklus karbon terjadi proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler. Tumbuhan mendapatkan
karbon, dalam bentuk CO2 dari atmosfer melalui proses fotosintesis
yang dapat menghasilkan O2 yang nantinya akan digunakan oleh
tumbuhan dan hewan untuk berespirasi. Hewan dan tumbuhan yang mati,
dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam tanah. Batubara akan
dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar CO2
di udara. Sejumlah karbon bisa dipindahkan dari siklus tersebut dalam waktu yang
lebih lama ketika karbon terakumulasi di dalam kayu dan bahan organik oleh
detritivora akhirnya didaur ulang karbon ke atmosfer sebagai CO2.
Hal ini dapat sebagai kembalinya CO2 ke atmosfer.
3.
Siklus Fosfor
Proses daur
fosfor yang terjadi di perairan hampir sama dengan proses daur fosfor yang
terjadi di daratan. Molekul fosfat yang terdapat di dalam air digunakan oleh
fitoplankton, ganggang, dan tumbuhan air untuk metabolisme tubuhnya. Melalui
rantai makanan fosfat masuk ke dalam tubuh hewan di perairan. Selanjutnya
melalui proses dekomposisi organisme mati (zat organik) oleh bakteri dan fungi,
fosfor kembali dilepaskan ke lingkungan perairan. Beberapa bakteri dan fungi
mampu memecah senyawa-senyawa organik fosfor dan mampu melepaskan fosfat dari
dan kembali dalam siklus materi. Beberapa bakteri yang dapat mendekomposisi Ca3(PO4)2 adalah genus
Pseudomonas, Aeromonas, Escherichia, Bacillus dan Micrococcus.
Molekul fosfat
yang terbawa oleh aliran air tidak seluruhnya
diserap oleh tumbuhan. Sebagian terus terbawa menuju lautan dan mengendap di
dasar laut. Endapan tersebut lama kelamaan semakin banyak dan oleh proses
geologis selama bertahun-tahun membetuk
batuan atau endapan yang mengandung
fosfat.
Pembuangan air deterjen yang mengandung fosfat ke dalam
perairan dapat menyebabkan pertumbuhan ganggang yang berlebihan. Ganggang yang
jumlahnya tidak terkendali menyebabkan oksigen di air berkurang, selanjutnya
akan menyebabkan ikan-ikan di perairan mati. Peristiwa tersebut dinamakan
eutrofikasi.
4.
Siklus Besi dan Mangan
Bakteri besi umumnya terdapat pada perairan air tawar dan
sering terdapat pada sumur-sumur dan sumber-sumber air. Kadang-kadang bakteri
tersebut dalam jumlah besar terdapat pada air mengalir dan empang.
Bakteri-bakteri tersebut sering menimbulkan kerusakan pada pipa-pipa besi.
Bakteri Thiobacillus
(Ferrobacillus) ferrooxydans dapat mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri
pada reaksi asam.
Fe2+ Fe3+
+ 1,5 kcal
Bakteri besi yang tersebar luas adalah
Leptothrix ochracea dan Crenothrix polyspora. Mikroorganisme
juga mampu membentuk logam organik dan kompleks mangan (chelat). Berbagai fungi
dapat mensintesis senyawa kompleks yang berbeda. Senyawa logam organik dan
kompleksnya dapat dipecah lagi oleh mikroorganisme. Dekomposisi ini memainkan
peran dalam siklus besi dan mangan.