Pages

Senin, 12 Maret 2018

Interaksi Protozoa dan Alga


Nurul Fitri Khoirunnisa
1157020059
Simbiosis Mutualisme Alga Dan Protozoa

Stentor merupakan spesies dari filum Ciliophora (Ciliata). Stentor memiliki sifat heterotrof (tidak mampu membuat makanannya sendiri) oleh sebab itu kebanyakan dari stentor  hidup di sawah-sawah atau air menggenang yang banyak mengandung bahan organik sehingga sering dikatakan sebagai indikator air tawar. Hewan ini bentuknya seperti terompet, Setiap sel bisa sampai 2 mm dan memiliki morfologi yang kompleks dan sangat asimetris yang dapat diregenerasikan dengan baik (Marshal, 2011) bagian mulutnya dikelilingi oleh silia, dan bagian tangkainyajur melekat pada dasar. Secara umum stentor hidup dengan interaksi parasitisme karna memakan bakteri-bakteri  atau partikel organik baik secara pagositosis atau pinositosis. Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksigen dan air maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis.

                                                                 (Gambar 1. Alga Hijau Chlorella)


Gambar 2. Stentor sp (Marshall, 2011)


Stentor juga memiliki interaksi lain yaitu dengan alga, yang mana stentor berperan sebagai inang alga. Stentor membutuhkan bahan-bahan organik seperti glukosa dan juga oksigen. Sedangkan alga membutuhkan karbon dioksida. Keadaan habitatnya yag sama yaitu di air tawar, contoh alga air tawar adalah alga hijau (Green Algae: Chlorella) mampu menunjukkan adanya  interaksi mutualisme. Alga hijau memiliki peranan penting yaitu sifat dari alga hijau yang autotrof  menjadikannya sebagai produsen penting, di manapun habitat  tempat alga beradaJika dalam kultur alga dimasukkan zat organik sederhana, yaitu karbon dioksida dan cahaya, alga ini akan berfotosintesis dan menghasilkan karbohidrat, protein, serta lemak. (Campbell et al. 2005).

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., J.B. Reece, & L. G. Mitchell. 2005. Biologi. Edisi ke-5. Terj. Dari: Biology. 5th end. Jakarta: Erlangga.
Marshall Wallace. 2011. Origins of Cellular Geometry: BMC Biology. 9(57): 1-9. 

0 komentar:

Posting Komentar